Dalam dinamika politik, posisi atau peran organisasi sayap sangat strategis. Ini bisa dibuktikan dari sejarah politik
Sejauh ini, apa yang telah dilakukan BMI Bali?
Dalam dinamika politik, posisi atau peran organisasi sayap sangat strategis. Ini bisa dibuktikan dari sejarah politik
Sejauh ini, apa yang telah dilakukan BMI Bali?
LAHIR di Denpasar pada 23 Februari 1965, Ir. I Gusti Ketut Puriartha menyelesaikan pendidikan terakhirnya di Fakultas Pertanian Jurusan Budidaya Universitas Udayana (1992). Pada tahun yang sama ia bersama kawan-kawan mendirikan Yayasan Manikaya Kauci yang bergerak dalam bidang lingkungan, HAM dan demokrasi. Pada 1996-2001, Puriartha menjabat Direktur lembaga yang dirintisnya itu. Kiprahnya di LSM terus berkibar. Di antara pergerakannya itu adalah; ia turut membidani terbentuknya WALHI Bali dan menjadi anggota Dewan Daerah WALHI Bali (1997-2002), salah seorang Presidium Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah di Bali (1998-2001), salah seorang inisiator Aliansi Masyarakat Adat Nusantara Bali (1998), menjadi penasehat Koalisi Untuk Indonesia Sehat - Bali (2001-2005), Ketua Dewan Pengarah dan Pengawas Perkumpulan Damar Swaraksa Bali (2001-sekarang), Anggota (member) Ashoka fellowship International (2002-sekarang), Dewan Penasehat Asosiasi Konsultan Pembangunan Permukiman Indonesia (2003-2007). Sebagai pekerja di LSM, berbagai kerja lapangan yang bertalian dengan riset, pendampingan, advokasi, fasilititor telah dilakukannya selama belasan tahun. Tercatat misalnya ia turut melakukan pendampingan pada daerah kasus di masyarakat enclave Taman Nasional Bali Barat (1990), melakukan riset tentang pelacuran anak di Bali bekerjasama dengan SAMIN Yogyakarta (1996) dan berbagai riset lainnya. Sebagai fasilitator pelatihan HAM di Bali dan daerah lainnya, sebagai fasilitator pelatihan Fund Raising di Bali. Lombok, Jakarta, Pekan Baru dan daerah Indonesia lainnya, Pada saat masih sebagai direktur lembaga ia mengelola beberapa program di beberapa komunitas, seperti di Desa Tenganan Dauh Tukad, di Desa Yeh Mampeh, Kintamani Bangli dan program-program lainnya yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat di seluruh Bali. Guna memantapkan perannya di LSM, Puriartha mengikuti berbagai program pendidikan khusus, di antaranya dapat disebutkan di sini adalah; mengikuti pelatihan pengelolaan LSM yang diselenggarakan oleh PPLH di Karangasem (1996), mengikuti pelatihan advokasi yang diselenggarakan oleh Insist Yogyakarta (1997), mengikuti studi banding mengenai pengelolaan LSM di Sidney, Australia (1997), Mengikuti Pelatihan Fasilitator oleh AusAid di Bedugul Bali (1998) dan Pact Indonesia di Jakarta (1999), mengikuti Pelatihan Fund Raising yang diselenggarakan oleh John Hopkins University di Manila, Philipina (2001). Sempat menjadi Pemimpin Umum majalah Wacana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar