Aktivis LSM Ngurah Karyadi juga memandang perlu kongres rakyat untuk menyatukan tekad memilih pemimpin sejati. Artinya, pemimpin yang benar-benar dikehendaki oleh rakyat sejak awal. Bukan karena dipaksa memilih dari yang sudah disediakan partai.
Tawaran ini diharapkan bisa direspons oleh kelompok golput yang dalam sejumlah pilkada beberapa kabupaten jumlahnya mencapai 30 persen dari total pemilih. Menurutnya, kecenderungan mereka golput lantaran tak setuju dengan calon yang ada. Jika saja kalangan golput ini bisa dijangkau, diyakini harapan untuk melahirkan seorang calon pemimpin sejati tak akan sulit diraih.
Diakuinya, skema dukungan untuk calon perorangan 10-13 persen dari penduduk Bali atau setara 421.988 orang tak begitu mudah dilalui. Namun, Ketua JIKA ini berpendapat, jika masyarakat menghendaki pemimpin sejati tersebut, apa pun akan dilakukan untuk meraihnya.
Atas dasar itu harus ada desakan dan prakarsa dari tokoh masyarakat maupun LSM untuk melahirkan seorang calon pemimpin sejati melalui kongres rakyat ini. Kongres rakyat ini diharapkan dapat melahirkan tokoh yang betul-betul mempresentasikan kepentingan publik. Bagaimana mekanismenya, ia berpendapat, sejumlah LSM bekerja sama dengan KPUD mengadakan jajak pendapat untuk menghimpun dan menjaring tokoh yang dikehendaki masyarakat. ''Kita berharap calon perorangan itu memang muncul dari sebuah proses murni yang belum tersentuh kontaminasi elite politik,'' katanya.
Ketua LSM Manikaya Kauci I Gst. Ketut Puriarta, S.H. berpendapat, tawaran untuk digelar kongres rakyat itu adalah sesuatu yang ideal. Tawaran untuk melahirkan pemimpin sejati tersebut sangat sulit direalisasikan mengingat tidak ada mekanisme yang jelas mengenai perekrutannya.
Ia sependapat tawaran kongres rakyat ini untuk menjaring massa mengambang. Namun, masih perlu dipertanyakan siapa yang menggelar kongres tersebut. Jika kongres itu diawali oleh sebuah jajak pendapat atau polling, ia mempertanyakan polling yang bagaimana bisa menjamin objektivitas. ''Okelah kalau polling itu objektif kemudian lahir seorang pemimpin sejati yang dikehendaki rakyat, apakah yang bersangkutan mau dicalonkan,'' kata Gus Krobo, panggilan akrabnya.
Terhadap kekhawatiran itu, Prof. Sutantra mengatakan siapa-siapa orang yang dapat dimasukkan dalam kongres, ia lebih menunjuk pada kalangan akademisi. Seperti mahasiswa beserta organ-organ di dalamnya. Kalangan mahasiswa justru disebutnya sebagai motor utama dalam membangun demokrasi yang sehat. Selain itu, kalangan LSM harus diperhitungkan pula. ''Tetapi ingat, saat ini sudah banyak LSM yang tidak independen lagi. Banyak di antara mereka yang justru telah dirasuki pengaruh dari partai. Jadi di sini, kita mesti memilih dan memilah lagi, mana LSM yang layak mana yang tidak,'' kata Sutantra.
www.balipost.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar