Rabu, 19 November 2008

Lahirkan Pemimpin Sejati--

Pengelolaan politik praktis yang cenderung pragmatis telanjur melekat di kalangan elite. Stigma miring tersebut juga lekat dalam pengajuan calon dalam Pilgub Bali. Kini pengajuan calon independen dipandang dapat ''melawan'' kesemana-menaan itu. Lalu, bagaimana caranya untuk melahirkan pemimpin sejati yang diharapkan rakyat? Salah satu alternatif yang ditawarkan adalah melalui Kongres Rakyat Bali.

KETUA Lembaga Kajian Strategis Ajeg Bali Prof. Nyoman Sutantra mengatakan Kongres Rakyat Bali bisa jadi solusi alternatif untuk memilih pemimpin yang benar-benar independen di tengah pengkotak-kotakan di kalangan partai. Namun, ia mengingatkan, untuk menghasilkan sebuah kongres yang benar-benar mewakili, nantinya tokoh-tokoh ataupun lembaga yang berkecimpung di dalamnya haruslah mereka yang menginginkan perubahan dan lepas dari intervensi partai mana pun. ''Calon independen itu mementingkan kualitas. Nah, yang namanya partai sudah tentu memaksakan kehendak. Jadi calon independen mutlak tidak boleh ada campur tangan partai,'' tegasnya.

Aktivis LSM Ngurah Karyadi juga memandang perlu kongres rakyat untuk menyatukan tekad memilih pemimpin sejati. Artinya, pemimpin yang benar-benar dikehendaki oleh rakyat sejak awal. Bukan karena dipaksa memilih dari yang sudah disediakan partai.

Tawaran ini diharapkan bisa direspons oleh kelompok golput yang dalam sejumlah pilkada beberapa kabupaten jumlahnya mencapai 30 persen dari total pemilih. Menurutnya, kecenderungan mereka golput lantaran tak setuju dengan calon yang ada. Jika saja kalangan golput ini bisa dijangkau, diyakini harapan untuk melahirkan seorang calon pemimpin sejati tak akan sulit diraih.

Diakuinya, skema dukungan untuk calon perorangan 10-13 persen dari penduduk Bali atau setara 421.988 orang tak begitu mudah dilalui. Namun, Ketua JIKA ini berpendapat, jika masyarakat menghendaki pemimpin sejati tersebut, apa pun akan dilakukan untuk meraihnya.

Atas dasar itu harus ada desakan dan prakarsa dari tokoh masyarakat maupun LSM untuk melahirkan seorang calon pemimpin sejati melalui kongres rakyat ini. Kongres rakyat ini diharapkan dapat melahirkan tokoh yang betul-betul mempresentasikan kepentingan publik. Bagaimana mekanismenya, ia berpendapat, sejumlah LSM bekerja sama dengan KPUD mengadakan jajak pendapat untuk menghimpun dan menjaring tokoh yang dikehendaki masyarakat. ''Kita berharap calon perorangan itu memang muncul dari sebuah proses murni yang belum tersentuh kontaminasi elite politik,'' katanya.

Ketua LSM Manikaya Kauci I Gst. Ketut Puriarta, S.H. berpendapat, tawaran untuk digelar kongres rakyat itu adalah sesuatu yang ideal. Tawaran untuk melahirkan pemimpin sejati tersebut sangat sulit direalisasikan mengingat tidak ada mekanisme yang jelas mengenai perekrutannya.

Ia sependapat tawaran kongres rakyat ini untuk menjaring massa mengambang. Namun, masih perlu dipertanyakan siapa yang menggelar kongres tersebut. Jika kongres itu diawali oleh sebuah jajak pendapat atau polling, ia mempertanyakan polling yang bagaimana bisa menjamin objektivitas. ''Okelah kalau polling itu objektif kemudian lahir seorang pemimpin sejati yang dikehendaki rakyat, apakah yang bersangkutan mau dicalonkan,'' kata Gus Krobo, panggilan akrabnya.

Terhadap kekhawatiran itu, Prof. Sutantra mengatakan siapa-siapa orang yang dapat dimasukkan dalam kongres, ia lebih menunjuk pada kalangan akademisi. Seperti mahasiswa beserta organ-organ di dalamnya. Kalangan mahasiswa justru disebutnya sebagai motor utama dalam membangun demokrasi yang sehat. Selain itu, kalangan LSM harus diperhitungkan pula. ''Tetapi ingat, saat ini sudah banyak LSM yang tidak independen lagi. Banyak di antara mereka yang justru telah dirasuki pengaruh dari partai. Jadi di sini, kita mesti memilih dan memilah lagi, mana LSM yang layak mana yang tidak,'' kata Sutantra.

www.balipost.co.id



Tidak ada komentar:


Serapan Aspirasi