Jumat, 21 November 2008

Komitmen Kebangsaan

Situasi terakhir menunjukkan bahwa, sudah menjadi kecenderungan masyarakat Indonesia ter- fragmentasi dalam lokus identitas yang berbasis ideology keagamaan, etnis, dan jender (Politik Identitas). Erosi komitmen kebangsaan di hampir segenap komponen masyarakat terjadi begitu luas. Cita-cita luhur bapak bangsa yang membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan semangat persatuan, kesatuan dalam bingkai Bineka Tunggal Ika semakin pudar dalam praktik kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Semangat patriotisme (cinta Tanah Air) kaum muda semakin kering, demikian pula soal pemahaman dan penghargaannya terhadap Pancasila sebagai ideologi bangsa, makin rendah.

Masyarakat sudah cenderung tidak takut dan ragu untuk memaksakan kehendaknya bahwa kelompoknya yang paling benar. Nilai keberagaman, toleransi, dan pluralisme semakin tidak dihargai oleh mereka. Jika terus dibiarkan hal ini sangat memprihatinkan dan akan menjadi api dalam sekam,

Lebih mencemaskan lagi dalam dalam kurun waktu 80 tahun pasca komitmen persatuan yang termanifestasi dalam Sumpah Pemuda, terlihat semakin beraninya kelompok masyarakat yang mengedepankan politik identitas untuk berbenturan atau bertabrakan dengan elemen masyarakat yang kuat komitmen kebangsaannya, terlihat di berbagai daerah dalam bentuk polemik dan konflik antarwarga masyarakat termasuk polemik UU Pornografi yang sedang menghangat.

Untuk itu sudah waktunya upaya membangun kembali komitmen kebangsaan diformulasikan oleh seluruh elemen dan komponen bangsa untuk memperteguh kembali semangat Satu Nusa, Satu Bangsa dan Menjunjung Bahasa Persatuan. "Revitalisasi Pancasila juga dapat dilakukan mulai dari mengenalkan kembali Pancasila sesuai dengan konteks yang sesungguhnya. Pancasila tidak boleh lagi dimitoskan seperti pada masa Orde Baru di tengah masyarakat, namun menjadi landasan yang kuat bagi realitas publik yang semakin rasional.

Nilai-nilai Pancasila tidak pernah diwujudkan dalam arti sebenarnya. Nilai-nilai Pancasila tidak pernah jadi acuan atau hanya jadi acuan dalam mulut, tetapi dalam praktik kehidupan berbangsa malah diinjak-injak.Harusnya Pancasila tetap bisa diterapkan, hanya saja bagaimana pemimpin negeri ini mewujudkan nilai-nilai itu. Misalnya, kampanye bagaimana mewujudkan nilai-nilai Pancasila itu, sehingga pemimpin-pemimpin bangsa mendatang dalam koteks Pemilu 2009 bisa mengacu pada nilai-nilai Pancasila dan harus mengembalikannya ke tempat yang lebih tepat sebagai Dasar Negara.

guskrobo-center

Tidak ada komentar:


Serapan Aspirasi