Rabu, 19 November 2008

Gus Krobo, Pekerja LSM Itu...

APALAH sebuah nama, begitu kata pujangga Inggris William Shakespeare. Tapi kebanyakan orang, nama tetap berarti, setidaknya bagi Ir. I Gusti Ketut Puriartha. Dengan nama alias Gus Krobo, nama itu lebih populer ketimbang nama aslinya. Beberapa kali terjadi di kalangan kawan dekatnya justru belakangan tahu kalau nama asli Gus Krobo adalah I Gusti Ketut Puriartha.

"Krobo artinya Krobokan, tempat keluarga saya berasal," kata Puriartha soal riwayat nama Krobo yang diberikan kawan-kawan kepadanya. Di kalangan lembaga swadaya masyarakat (LSM), hampir tak ada yang memanggil namanya dengan Puriartha, atau Gusti Ketut, misalnya. Ia populer dipanggil Gus Krobo. Sebut nama itu di kalangan LSM di Bali dan kebanyakan orang akan mengenalnya.

egitu menyelesaikan studi pertaniannya di Fakultas Pertanian Universitas Udayana tahun 1992, lelaki ini langsung ber-LSM-ria. Tak banyak kawannya yang mengikuti jejaknya sebagai pekerja LSM. Mungkin karena ketika itu LSM dipandang sebagai lembaga yang berbahaya, mungkin pula karena LSM tak menjanjikan masa depan. Ketika itu LSM sungguh-sungguh "pekerjaan tak laku dan berbahaya".

Tapi Puriartha tak peduli. Tak peduli pula ketika ia dan kawan-kawannya selalu "didampingi" intel di setiap rapat dan aktivitasnya. Ada semacam keberanian yang dipertaruhkan ketika mereka memilih lapangan LSM sebagai "pekerjaan" yang tak jelas masa depannya ketika itu. "Tapi terselip juga kebanggaan sebagai anak muda, kebanggaan layaknya seorang hero yang memperjuangkan keadilan," tutur Puriartha.

Hingga "bulukan" di LSM, Puriartha merasakan betapa sebetulnya banyak hal yang dapat dilakukan sebagai pekerja LSM. "Karena kita keseringan berada di tengah masyarakat, kita jadi tahu apa sebetulnya persoalan-persoalan masyarakat yang paling real. Kita juga tahu bahwa keberadaan LSM bukanlah superman. LSM hanya membantu membuka jalan, mendampingi dan mendengarkan persoalan mereka," tutur Puriartha.

Menurut lelaki kelahiran Denpasar 23 Februari 1965 ini, LSM tidak harus berarti bermiskin-miskin. "Justru LSM sekarang ini harus bekerja secara profesional tanpa melenyapkan idealisme. Lebih-lebih dalam kondisi seperti sekarang, LSM semakin dirasa kehadirannya terutama di tingkat advokasi dan kontrol. Bersama rakyat, LSM harus terus membangun perubahan-perubahan yang signifikan," tutur Puriartha.

iprahnya di LSM ternyata tak sia-sia. Lewat lembaga yang dibangunnya bersama kawan-kawan, Yayasan Manikaya Kauci, telah banyak yang diperbuat Puriartha.

Berbagai kerja lapangan yang bertalian dengan pendampingan masyarakat, advokasi dan melahirkan pula lembaga-lembaga lain, direngkuhnya. Puriartha misalnya turut membidani pembentukan WALHI Bali dan menjadi anggota Dewan Daerah WALHI Bali (1997-2002).

Ia juga adalah seorang anggota Presidium Forum Daerah Usaha Kecil dan Menengah di Bali (1998 sampai sekarang), menjadi salah seorang inisiator pembentukan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bali, penasihat Koalisi untuk Indonesia Sehat Bali (2001-2005) dan Ketua Dewan Pengarah dan Pengawas Perkumpulkan Damar Swaraksa Bali (2001-2005), serta beberapa lagi jabatan penting lainnya. Selain itu, ia juga sering mengikuti pelatihan guna memantapkan perannya di LSM di dalam dan luar negeri seperti Jakarta, Yogyakarta, Australia dan Filipina.

* suardika

Tidak ada komentar:


Serapan Aspirasi