Ir. I Gusti Ketut Puriartha :
Dalam kaitan suksesi kepemimpinan ini, rakyat kembali dipuja dan didekati. Tapi setelah itu apakah keinginan dan cita-cita rakyat telah diwakili dalam pelaksanaan politik dan kekuasaan, ini menjadi persoalan dan tanda tanya. “Kerinduan rakyat selama ini ialah mengharapkan pemimpin yang antara pikiran dan perkataannya sejalan dengan perbuatannya”, komentar Ketua Pembina Yayasan Manikaya Kauci Denpasar Ir. I Gusti Ketut Puriartha dalam acara Wacana Purnama, sebuah diskusi bulanan dengan tema “Bagaimana Seharusnya Menjadi Wakil Rakyat”, yang diselenggarakan yayasan tersebut, Selasa (7/4).
Karena itu, menurut Puriartha, jika harkat dan martabat wakil-wakil rakyat hendak “naik kelas”, maka pada Pemilu 2009 yang berlangsung saat inilah sebuah kemungkinan baru bagi para calon-calon wakil rakyat mewujudkan keinginan dan cita-cita rakyat. “Jika kami diberi kesempatan, kami akan melakukan pembenahan dan perubahan itu, baik dengan kawan-kawan LSM maupun dengan masyarakat luas”, tekad Puriartha.
Menurutnya, inilah saat kita semua menghormati rakyat, menghormati hak-haknya, menghormati cita-cita dan kerja keras dan kepercayaan mereka. “Hormatilah rakyat, hanya dengan begitu mereka dua kali lebih dahsyat untuk diajak membangun bangsa dan negara”, ungkap Puriartha. Menghormati rakyat, tuturnya lebih lanjut bukan sekedar membawa-bawa nama mereka, melainkan penghormatan dalam bentuk tindakan. “ Ketika terpilih sebagai wakil rakyat, maka mereka harus benar-benar mewujudkan apa yang telah mereka ikrarkan di masa kampanye maupun sebelumnya; mewujudkan apa yang benar-benar dibutuhkan rakyat”, tegas Puriartha.
Dalam kaitan itulah, Puriartha yakin, rakyat selama ini terlalu tahu dengan tingkah laku para politisi. Rakyat terlalu arif dan bisa melihat semua apa yang terjadi. “Dalam pemilu kali ini, rakyat pun tahu apa yang harus mereka lakukan. Mereka pastilah mngerti bahwa sebentuk sembako, uang dan materi lainnya tidak akan mengubah pilihan dan keyakinan mereka akan calon pemimpin yang mereka harapkan”, komentar Puriartha. Ia yakin rakyat tidak bodoh dengan keadaan ini.
Puriartha mengajak teman-temannya di LSM untuk menjaga kesantunan ini dan meneruskannya ke dalam tindakan. Selama ini Puriartha bersama kawan-kawan LSM-nya di Yayasan Manikaya Kauci bukan lagi asing dengan masyarakat pedesaan di seluruh Bali karena mereka telah bekerja bertahun-tahun bersama dengan mereka “Kedekatan kami dengan mereka (masyarakat) adalah sebentuk ikatan yang positif dalam membangun masyarakat madani yang lebih solid, punya sikap dan setia memperjuangkan kebenaran”, tanggap Puriartha yakin. Sesungguhnyalah, Puriartha menambahkan, kekuasaan itu milik rakyat. “Sungguh degag (murtad) jika kita tidak menghormati pemilik kekuasaan yang sejati”, tegas Puriartha mantap.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar